KEIKHLASAN KOLEKTIF

Petang tadi, baru saja usai sebuah pertemuan..11 jiwa bertemu, saling berkongsi ilmu, saling mengecas iman, saling bertukar rindu.

Sebagai penutup, sempat jua kami berkongsi pendapat tentang satu tajuk yang amat menjentik hatiku kukira...

K.E.I.K.H.L.A.S.A.N K.O.L.E.K.T.I.F

Masing-masing memberikan pendapat. Sungguh menarik pendapat yang kami kongsi bersama.

Mari kita rewind semula jawapan-jawapan itu....

Pendapat ukhti 1:

"...." (Macam blurr sedikit)

Next!

Pendapat ukhti 2:

"Saya tak fahamlah kak....Betul, saya tak faham."

Pendapat ukhti 3:

"Bagi saya, keikhlasan kolektif ni amal jama'i. Maksudnya, dalam kita beramal jama'i tu, kita perlu ada keikhlasan."

Pendapat ukhti 4:

"sama macam ukhti 3"

Jump to ukhti 10:

"Keikhlasan kolektif ni pada pendapat ana la...kita dalam semua perkara pun kena ikhlas. Bukan satu benda je kita ikhlas, tapi semua yang kita buat kena ikhlas."

Back to ukhti 7:

"Pendapat saya macam ukhti 10. Ikhlas kita kena konsisten dalam setiap perkara."

Pendapat ukhti 8 (saya lah tu...):

"Saya rasa keikhlasan kolektif ni konsep yang ada kena-mengena dengan kumpulan. Kalau dalam satu kumpulan tu ada yang tak ikhlas bekerja, dia kena terima juga kerja tu dan buat sebab majoriti dah terima kerja tu dengan ikhlas. Dan walaupun dia tak ikhlas, dia tetap dapat ganjaran sama dengan orang yang ikhlas."

Pergh! Punyalah panjang jawapan. Sebab sendiri cakap, sendiri ingatlah. Orang lain cakap tak berapa ingat sangat.

Habis jawapan tu saja, semua gelak termasuk si pembina. Aik! Salah ke??

Ukhti 10:

"Semua betul saya rasa..." (Senangnya jawapan dia...)

Suasana tenang kembali...Akhirnya si pembina pun membuka mulut...

"Sebenarnya...Keikhlasan kolektif ni adalah konsep di mana pincangnya keikhlasan seseorang dalam sesebuah jemaah akan mempengaruhi sesebuah kemenangan dalam jemaah itu."

Emm...sedikit faham..teruskan...

"Macam ni, antum buka dakwatuna dan taip "Keikhlasan Kolektif" bawah tajuk "Fiqh Dakwah". Kita bincang next pertemuan."

Baru faham sepenuhnya setelah baca artikel di link ini:

http://www.dakwatuna.com/2009/keikhlasan-kolektif-syarat-kemenangan-dakwah/

Dan Sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka (orang-orang musyrik Quraisy) dengan izin-Nya, sampai pada sa’at kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai (yaitu terhamparnya ghanimah). Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah mema’afkan kamu. dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman. (Ali Imran: 152)

Ada beberapa point yang ingin saya kongsikan bersama:

1. ketika keikhlasan sebagian kaum mukminin tercoreng dan motivasi sudah bercampur, kekalahan dan kegagalan perjuangan adalah suatu keniscayaan.
2. Masyarakat yang diinginkan Al-Qur’an bukanlah masyarakat malaikat yang tidak pernah berbuat salah atau berniat melenceng. Kesalahan dan penyelewengan masih boleh ditoleransi jika tidak mendominasi dan menjadi fenomena umum.
3. Kerana itu amar ma’ruf nahi munkar, tawashi bil haq dan tawashi bish shobr, menjadi pilar keberlangsungan komunitas orang-orang beriman.
4. Yang harus dilakukan hanyalah memberi peringatan dan membangkitkan motivasi.
5. keikhlasan merupakan rahasia hati, tetapi keikhlasan tercermin dalam ucapan dan perbuatan. Al-Qur’an mengungkapkan bahwa sikap nifaq meskipun disembunyikan dalam hati, tetap akan tampak dalam sela-sela ucapan dan indikasi perbuatan.
6. Keikhlasan dapat dengan mudah ditemukan pada komunitas orang-orang yang sederhana dan tawadhu, yang selalu berkumpul dalam suasana dzikir, mengingat Allah.
7. Keikhlasan adalah sebuah perjuangan hati melawan bisikan nafsu dan dorongan setan, bukan sesuatu yang hanya diklaim atau diaku-aku. Hati yang peka dan bersih akan selalu sibuk meluruskan niat, bukan mengakui keikhlasan dan merasa aman.
8. “Semua manusia wajib menerima dan memberi taushiyah. Tidak ada orang yang terlalu rendah untuk memberi nasehat. Dan tidak ada orang yang terlalu tinggi untuk menerima nasehat.”

“Dan tetaplah memberi peringatan, karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (Adz-Dzariyat: 55)

Jadi kita bagaimana?

Adakah kita orang-orang yang memincangkan barisan jemaah atau apa?

~Jangan kekalahan Islam itu datang dari pintu yang kita jaga~