Aku membuka laman isi kandungan buku Teladan Tarbiyah tulisan Parman Hanif M. Pd.
Mataku tertangkap perkataan 'Manusia Bercadar'. Macam menarik bunyinya. Sudah lama aku tidak membuka buku ini sejak kubeli. Sempat membelek-belek dan membaca beberapa tajuk sahaja. Semalam, hati ini berdetik untuk menyambung kembali bacaan yang sudah agak lama kutinggalkan.
Setiap dari kita sering bermain tarik tali dalam hal keikhlasan. Benar atau tidak, hanya hati anda yang bisa menjawabnya. Dan hanya Pencipta hati itu yang mengetahuinya. Kerna seperti yang telah saya bicarakan dalam entri 'IBARAT SEMUT HITAM', ikhlas ini rahsia hati yang hanya Allah sahaja yang mengetahuinya.
Kadang-kala, dalam kita bersemangat dan penuh komitmen dalam sesuatu kerja, tiba-tiba hadir perasaan riak. Ya! Tanpa kita sedari. Kadang-kala hanya kerana sekilas rasa itu, bisa membinasakan seluruh bangunan kerja yang kita perbuatkan. Macam game UNO, satu tarikan yang salah bisa merobohkan susunan blok itu. Dahsyat ya penangan ikhlas ini?
Bagaimana membina hati yang penuh keikhlasan? Semoga kisah 'Manusia Bercadar' ini bisa kita jadikan motivasi dalam membina hati yang ikhlas. Yuk sama-sama simak!
>>>>
Dalam satu peperangan, Maslamah, sang panglima khalifah yakin bahawa kemenangan akan diperoleh pihaknya jika pasukannya mampu menerobos benteng musuh. Persoalananya, bagaimana?
Selepas meneliti dan membuat perkiraan, Maslamah menyimpulkan bahawa terdapat lorong yang memungkinkan untuk ditembus. Dan itu memerlukan relawan yang berani untuk melakukannya. Jika ia berhasil masuk ke dalam benteng, maka ia akan dapat membukakan pintu sebagai jalan masuk penyerbuan lebih lanjut.
Setelah selesai mengemukakan strateginya, Maslamah menatap satu-persatu wajah pejuangnya. Sedang dia bertafakur, tiba-tiba dari arah lain datang seorang lelaki berkuda dengan wajahnya ditutup cadar. Ia sanggup untuk melaksanakan tugas berat tersebut saat itu juga. Ia pun berangkat sambil Maslamah melepaskannya dengan bekal doa.
Beberapa lama kemudian, terdengar teriakan takbir dari pintu benteng. Nampaknya dia telah berhasil menerobos benteng musuh. Suara itu membangkitkan semangat tentera muslimin. Bagaikan air bah, para mujahidin fi sabilillah itu menyerbu masuk. Dalam waktu yang singkat, benteng jatuh dan pasukan musuh dapat dihancurkan.
Setelah perang selesai, Maslamah masih memikirkan perajurit bercadar tadi. Ia perintahkan seluruh tenteranya untuk mencari. Sampai waktu yang lama, masih tiada yang mengaku. Namun, tidak lama kemudian, datanglah seorang orang yang bercadar mendekatinya. Ia bertanya, "Apakah tuan masih mencari perajurit bercadar tadi?"
"Benar. Kaukah orangnya?"
"Saya dapat menunjukkan orangnya, asal tuan mahu berjanji kepadaku."
"Baiklah. Apa yang harus kujanji?"
"Tuan jangan menanyakan siapa namanya, jangan memberi hadiah apa pun kepadanya dan jangan menceritakan kepada seorang pun. Apakah tuan berjanji?"
"Ya, saya berjanji."
"Ketahuilah tuan, orang itu adalah yang ada di hadapan tuan."
Mendengar jawapan itu, Maslamah terus memeluk erat perajurit yang mukhlis itu. Selanjutnya, setelah orang bercadar itu berlalu, Maslamah mengangkat tangannya berdoa,
"Ya Allah, kumpulkanlah aku bersamanya di syurga kelak!"
Allahu Akbar!
Perkongsian ulasan dari Embun Tarbiyah yang saya sempat copykan di sini:
>>>>
Subhanallah.
Ikhwahfillah,
Kiranya cerminan kisah ini merupakan penyemangat bagi diri kita untuk selalu berusaha berjuang meraih keridhaan meskipun kita tiada dikenal atau tidak pada posisi struktural. Berusaha tanpa pamrih jalankan amanah yang amat berat sekalipun karena itulah tantangan.
Ikhwahfillah,
Saat ini yang dibutuhkan umat muslim adalah orang-orang yang mukhlis dalam berjuang ketika musuh-musuh Islam bersatu untuk menghancurkan Islam dari semua sisi.Orang-orang mukhlis yang tidak menunggu bola tapi menjemput bola. Mengawali untuk berdakwah sesuai dengan kemampuan. Menjadi Pioner. Pioner yang akan selalu mengawali berbuat baik dari hal terkecil, walau sekedar menyingkirkan batu dari jalanan.Pioner untuk selalu berfikir kreatif demi kelangsungan dakwah Islam.
Ikhwahfillah,
Masihkah kita kecewa apabila teman aktivis kita lebih dikenal sedangkan kita yang lebih banyak berkorban dilupakan?
Apakah diri berfikir untuk mundur dari dunia dakwah, saat merasa tiada orang yang peduli dengan keberadaan kita?
Jika jawabannya YA, pertanyakanlah nilai Keikhlasan itu.
Bukankah sang manusia bercadar TIDAK INGIN DIKENAL!!!
Maka jadilah insan yang ketika berada dalam masyarakat, masyarakat tidak mengenal dirinya. Tetapi ketika ia pergi, masyarakat mencari karena jasa-jasanya.
>>>>
Saya sangat-sangat tersentuh dengan ulasan oleh Embun Tarbiyah. Terlalu mendalam sehingga meremang bulu roma saya membacanya. Adakah kita seperti itu? atau sebaliknya? Begitu memuhasabahkan diri. Apabila membaca kisah Manusia Bercadar ini, dalam hati berkata-kata.
"Aku mahu sekali menjadi sepertinya. Dia idamanku."
Wallahu'alam...
lelaki cadar itu idaman ana jugak. indahkan punya perasaan seperti itu. keikhlasan itu perlu dipupuk..ditarbiyahi sehingga ianya sebati dalam hidup kita.
ReplyDeleteSubhanallah...indah kn? insyaAllah, semoga kita menjadi seperti 'manusia bercadar' juga ya...
ReplyDeletesalam sukses!
=)